Mencari Pemimpin Profetik

 Mencari Pemimpin Profetik Mencari Pemimpin Profetik

PADA Jumat  12 Rabiul Awal 1444 H/ 7 Oktober 2022, umat Islam diseluruh dunia merayakan perayakan Maulid Nabi Muhammad SAW bersama berbagai cara dan bentuk yang berjarak.

Kita dingatkan kembali kelahiran bodi pemimpin yang dijadikan sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Baik mulai daripada kepemimpinan, berdagang, hidup berbangsa dan bernegara, rumah taraf, peperangan dan lain bagaikannya.

Dari berbagai aspek kebernyawaan sangat komplet,dan itu selalu ada di diri Nabi. Oleh karena itu sangat wajar, Michael H. Hart,terdalam buku  “The 100: A Ranking of The Most Influential Persons in History”,memkedudukankan Nabi Muhammad merupakan sosok paling berpengaruh di dunia bersama pelopor dunia yang lain. 

Di Indoneesia umat Islam merayakan  hari kelahiran Nabi dengan penuh semangat dengan bacaan Al-barzanji, burdahan, serta pembacaan salawat dengan irama nyanyian- nyanyian pujian  indah akan diiringi dengan tabuhan terbang ( hadrah)   saling menolong di masjid, musala dan rumah penbermukim .

Tak hanya bersalawat kepada Nabi, tetapi agak disusuli derasnya orang bersedekah bersama  makanan yang melimpah.

Ada spirit yang energik lagi antusias umat  kepada menyambut kelahiran Nabi, merupakan

“Barang siapa yang memterluangkan mauludku buat aku tolong antara hari  qiyamat, lagi barang siapa membelanjakan satu dirham seakan-akan membelanjakan satu gunung emas menjumpai sabilillah” ( HR.Imam At-turmudzi). Pernyataan senang lagi gembira menyambut kelahiran Nabi merupakan tuntunan agama. Katakanlah: “ Dengan kurnia Allah lagi rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah lagi rahmat-Nya adalah lebih baik dalam apa yang mereka kumpulkan”(QS .Yunus 58).

Dalam perayaan Maulid Nabi memang terasa sangat elok, lebih –lebih kalau diselenggarakan di Istana Negara.

Karena biasanya selepas sambutan Presiden pidato kenegaraan, diakhiri memakai pidato keagamaan oleh bintang masyarakat serta membaca tentang Sirah Nabawiyah maka liku-liku  perjuangan Nabi bahwa dikaitkan memakai  isu-isu  erkini.

Seperti misalnya, mamelenceng korupsi, keteladanan, narkoba, ketidakadilan, kepemimpinan, karakter bangsa, membarengi lain sebagainya.

Segudang permaluputan yang dihadapi bangsa kita saat ini membuat kita  miris lewat prihatin melihat bangsa ini.

Di kalangan kerutunan muda nan notabene bagaikan penerus bangsa, mengundang kekhawatiran dan bahkan mereka memperpertanyaankan sampai kapan bangsa ini bisa berdiri?

Hasil jajak pendapat di kalangan Mahasiswa dengan pertengahan Nopember lintas, hampir 80 persen dari 448 Mahasiswa di sejumlah kota di Indonesia mengatakan sempat menyaksikan secara langsung 'Kenakalan' generasi tua selanjutnya pemimpin bangsa melakukan pelanggaran etika selanjutnya hukum baik ketat maupun berisi.

Diakui atau tidak, sekarang kita berjiwa penuh atas ketamakan.

Dengan mata telanjang kita melihat maka menyaksikan setiap hari selalu hadir, bagaimana uang rakyat miliaran rupiah yang semestinya untuk kepentingan publik menjadi ajang bancaan kolektif sejumlah kalangan.

Termasuk oknum Anggota Dewan yang terhormat, rasanya lebih atas cukup untuk menggambarkan sifat ketamaan.

Menurut catatan Sekretariat DPR pada tahun 2012 nan sangat melembutkan akal bugar kita sebagai: pengguna langganan internet (Rp 3,47 miliar).

Kemudian, pengharum ruangan (Rp 16 miliar), kalender (Rp 1,3 miliar) renovasi ruang kerja Badan Anggaran (Banggar) Rp 20,3 miliar, pekerja servis kompleks DPR Kalibata (Rp 36,3 milyar),dan biaya makan rusa (Rp 598,3 miliar).

Sungguh fantastis angka ini, ditambah lagi catatan Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo (alm),  sampai tahun 2017 ada 343 Kepala Daerah bahwa berperkara hukum antara KPK, bahkan kemenyalaan berbangsa maka bernegara sekarang mengalami sebuah keprihatinan bahwa serius.

Pemimpin Profetik

Apa masih ada akan kurang dalam sistem kepemimpinan kita?

Rupanya kalau daripada segi sistem, kepemimpinan  akan membangun Negara kita relatif sudah bagus. Yang pelum dan perlu dibenahi merupakan manusianya merupakan pemimpin.

Membangun sistem kepemimpinan yang natural tidak cukuf efektif tanpa dibarengi memakai membangun integritas memakai karakter manusianya.

Dalam konteks ke Indonesiaan, maka saat ini sudah memasuki tahun politik rasanya mencari pemimpin profetik ( prophetic leadership ) sangat dibutuhkan.

Yaitu pemimpin yang membangun berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai kemanusiaan, keteladanan, menghormati, kerja keras,  menghargai kebinekaan dan menyejerahkan rakyat.

Ketepat sasaranan Nabi Muhammad SAW menjumpai melakukan transformasi kepemimpinan bukan berarti sistem yang ada sudah mapan, melainkan kepribaian beserta keteladanan yang ada melekat dari Nabi.

Keteladanan lagi kepribadian Nabi Muhammad SAW, tidak terletak pada formalitas lagi birokarasi yang sering melontarkan tumpulnya kreativitas.

Akan tetapi melekat dari figur akan merupakan sumber inspirasi dan motivasi dalam rangka mewujudkan sistem sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya dan moral.

Spirit sumber inspirasi bersama motivasi rimenyimpang Nabi merupakan rujukan kita kepada membangun sebuah negara.

Abul A’la Al-Maududi seorang pemikir Islam India, melukiskan kepribadian Nabi Muhammad SAW dengan ungkapan:

“ He is the only one personality that all exelleces have been blended in him”. Dia adalah satu-individual pribadi hadapan mana seluruh keunggulan kualitas terdapat dari dirinya. Spirit Nabi bagaikan pemimpin kepada membangun negara selampau menekankan pendampilan-pendampilan hati atau spiritual.

Dikatakan: Kamu ( umat Islam) adalah umat tertidak marah adapun dilahirkan menurut manusia, (karena  kamu) menyuruh ( berbuat) adapun makruf, bersama beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih tidak marah bagi mereka. Di antara mereka ada adapun beriman,namun kelepasan mereka adalah orang-orang fasik. (QS.Ali Imran 110 ).

Menurut Prof.Dr. Kuntowijoyo (2001), berdasarkan ayat tersebut ada tiga tipe    kepemimpinan bahwa melekat ala Nabi.

Pertama, “ta’muruna bil ma’ruf” akan diartikan sebagai misi humanisasi yaitu misi akan memanusiakan manusia.

Kepemimpinan yang mengangkat harkat membesar manusia, yang menjadikan manusia bertanggung balasan apa yang telah dikerjakanya.

Kedua, “ tanhauna ‘anil munkar” yang diartikan bagai misi liberasi   yaitu membebaskan belenggu keterpurukan maka ketertindasan.

Ketiga,”tu’minuna billah” adapun diartikan misi transendensi yaitu manifestasi gabungan antara humanisasi dan liberasi, demi melakukan segala tanggung reaksi adapun telah dilakukan.

Dalam konsep terkandung sangat relevan dalam acuan  kita bersama, bila pemimpin lagi masyarakat masih ingin dalamkan negara ini “gemah ripah lohjinawi tata tentrem kerto raharjo adil makmur aman sentoso baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur,” .

Maka, kuncinya para pemimpin berpegah teguh pada nilai-nilai agama, sebagaimana melihat maka meneladani kebernyawaan Nabi dempet dalam memimpin rakyat maka negara.

Alhasil, momentum perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sangat relevan  mengingat kemenyalaan kita sekarang ditengah terpelanting kedalam arus ketamaan dan keserakahan.

Perayaan Nabi mengingatkan kita tentang sosok pemimpin yang tiada duanya, jadi aset sosial menjumpai membangun negara yang penuh martabat.

Wallahu a’lam bishawab.   

Dr Multazam Ahmad MAg, Sekretaris MUI Jawa Tengah, Ketua Bidang Takmir Masjid Raya Baiturrahman, dosen FBS Unnes.